Inspirasi L.H

Hai, Selamat bertemu kembali dengan L.H

L.H juga ada di www.liannyhendranata.com

Kamis, 12 Januari 2012

Bagian ke lima

(J50K) Bagian ke lima
Aku Kemuning, Jangan Paksa menjadi Tulip


"Baiklah Pak Jaka, nanti saya minta Kemuning menemuimu setelah jam pulang tiba" Roy bergegas untuk segera mengajar ke kelas lainnya.

"iya, terima kasih pak Roy.!" jawab Jaka spontan, yang membuat Roy menoleh dan berkata "Lhoo koq pak Jaka yang berterima kasih?" selorohnya sambil mengerling. Hal ini membuat Jaka pucat pasi, keringat dingin mengucur, dia baru sadar. saking senangnya bisa membereskan vonis si Kemuning yang merupakan barter untuk urusannya, sampai tanpa sadar, dia terlihat senang dengan ungkapan 'terima kasih'

"Ooh, iyalah saya berterima kasih atas pengertian pak Roy dan atas kerjasama pak Roy untuk memberi tahu, si Kemuning harus mengahadap saya sepulang jam sekolah tiba". demikian suara Jaka terdengar mantap. Bukan Jaka jika tidak bisa segera ngeles menjawab dan menyusun kata-kata dengan cepat.

'Ok, sampai ketemu lagi Pak', saya ngajar dulu, Roy beranjak meninggalkan ruang guru


Jam pulang sekolah telah tiba, Jaka dengan tidak sabar menunggu si Kemuning.


Guru-guru mulai berdatangan, mereka biasanya kumpul dna ngobrol sebelum pulang kerumah masing-masing, Hal inilah yang membuat Jaka tidka nyaman.

'Bu Resti,  saya akan kehalaman sekolah dulu ya'. Jaka pamit pada wakil Kepala sekolah yang barusan muncul di ambang pintu.

"Baik Pak, ada masalah disana?" Resti menjawab dengan lugu

"Oh tidak!", Jaka segera menjawab dengan sigap. "hanya masalah si Kemuning ini, dia berbuat kehebohan lagi dengan pergi jajan di kantin ketika jam pelajaran. Jika saya panggil disini, nanti membuat suasana ruangan ini kacau oleh celetoh dan tingkahnya, maka saya gunakan kursi halaman itu dekat pohon Flamboyan untuk ngobrol sama tuh anak, Karena tugas kita 'kan membina anak-anak ini, terutama anak hiperaktif yang sangat butuh perhatian seperti si Kemuning ini"  Jaka coba memberi penjelasan segamblang mungkin, supaya tidak jadi pertanyaaan  untuk Resti atau guru lain ketika nanti mereka mencarinya karena ada keperluan, sebelum bubaran


Kemuning!!!!, Jaka separuh berteriak, melihat anak itu melenggang dengan santai menuju pintu gerbang. Hal ini sudah dalam dugaannya, dia apsti tidak akan mampir ke kantornya, jika tetap menunggu disana. 

Anak sableng itu senang meremas-remas perasaannya, terutamaa perasaan Renny yang Jaka tahu, pasti sangat gundah, karena biar gimanapun gosip...gosip.... itu racun dalam pergaulan terutama dalam masyarakat Indonesia yang terkenal senang ngomongin orang.!, gimana jadinya jika semua guru di sekolah ini tahu soal 'insiden' dalam ruangan yang disaksikan si Kemuning itu. Demikian Jaka membathin sendiri.

Oh bapak..............' suara Kemuning jernih, sambil menoleh dengan tersenyum, dia tahu, sekarang ada di posisi yang menawar bukan dihukum, makanya dia santai saja.

"Kamu lupa, hukuman dari pak Roy belum diselesaikan.!" suara Jaka geram yang ditahan-tahan, wajahnya sampai merah karena memang hatinya jengkel banget dengan mimik si Kemuning ini.

'Lhaaa, kita 'kan sudah barter, sudah beres dong pak.!' jawab Kemuning dengan cepat.

"kamu harus tahu, urusanmu dengan pak Roy dan urusanmu dengan saya, itu dua hal yang berbeda, hanya bisa kita lakukan negoisasi untuk membuat solusi yang sama-sama bermanfaat" tutur Jaka sambil menarik lengan Kemuning untuk duduk di kursi taman.

"sama-sama perlu pak!, bukan sama-sama bermanfaat" seru Kemuning spontan, membuat Jaka terdiam

"baiklah, saya sudah bicara dengan pak Roy untuk membatalkan skorsing yang diterapkan padamu, juga membatalkan pemanggilan orang tuamu kesekolah, jadi kamu harus membuat janji agar tidak menciptakan gosip tentang apa yang sudah kamu ketahui" Jaka mencoba membuat komitmen dengan Kemuning, tapi dia bingung juga, bagaimana caranya hal ini menjadi legal, dan dia punya pegangan, misalnya meminta Kemuning membuat surat perjanjian, atau.............? kalau membuat surat perjanjian, justru isi surat itu pasti membuat bukti itu menjadi nyata tertulis. duh gimana ini, hati Jaka benar-benar gundah.

"Pak, saya bukan menciptakan gosip, karena itu fakta, tapi berusaha untuk tidak menyebar cerita itu, menjadi gosip itu!" suara Kemuning ini dikeluarkan lebih keras, membuat Jaka menoleh kekiri dan kekanan, takut ada orang lain yang mendengar.

"ya..ya...kamu betul, bapak setuju dengan pendapatmu, jangan meneybar berita itu menjadi gosip" Jaka akhirnya pasrah dan setuju, itulah kalimat yang merupakan poin untuk dipegang sebagai 'moment' dari perjanjian dia dan Kemuning.

"baiklah, saya percaya kamu anak baik. jadi saya pegang janjimu, karena dengan ini kamu menolong seorang perempuan untuk tidak sakit hatinya, dan perempuan itu istri saya"   Suara Jaka mulai tegas dan jernih, sebab dia merasa sebagian beban berat yang tadi membuat nafasnya sesak, mulai terangkat.


"huh, dasar lelaki"     terdengar Kemuning mendengus sambil berlalu. dimana hal ini membuat wajah Jaka merah padam menahan geram dan merasa terhina, tapi apa daya..............






bersambung ke bagian keenam, 
sabar menanti ya.........

berjalan di Km 3.045

Tidak ada komentar:

Posting Komentar